Pengantar Ekonomi Mikro

Selamat datang kembali di blog kami, pada kesempatan kali ini kita akan mecoba mengulik sedikit Pengantar Ekonomi Mikro. Para Mastah ekonom biasa menyebut Ekonomi mikro dengan mikroekonomi, cabang ilmu ini lebih mempelajari bagaimanasih hubungan nyata antara perilaku kunsumen dengan produsen, yang disitu nanti akan terlihat faktor-faktor apa yang akan mempengaruhi penetuan harga pasar.

Tentunya untuk para calon-calon Mastah ekonom indonesia (seperti agan-agan sekalian), ilmu ini akan sangat menarik. Kita coba ulas dengan bahasa yang sederhana sekali.


Tinjauan umum ada di proses terjadinya Permintaan dan penawaran. Masih ingat dengan Hukum Permintaan Gossen I ? (Bukan Gosend gan ya) "Semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut".

Sederhana bukan? jadi perilaku selera konsumen, akan membentuk suatu keseimbangan dengan harga dan juga ketersediaan barang. Nah pertanyaannya pasti timbul nih di benak agan-agan, trus buat apa ilmu Ekonomi Mikro kalau ternyata se-sederhana tulisan diatas.

Ekonomi mikro sangatlah penting gan, dan secara nyata di pakai untuk menganalisis pasar. Betul sekali gan, ekonomi mikro akan digunakan untuk menganalisa kegagalan pasar.

Pusing gan? di sruput kopinya dulu gan..

Masuk ke Asumsi, teori terjadinya permintaan dan penawaran mengasumsikan bahwa suatu pasar itu akan selalu terjadi persaingan yang sempurna. Ups, jangan salah gan, dalam beberapa transaksi di kehidupan yang nyata, sering individu maupun kelompok memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga. karena itu dibutuhkan analisis yang lebih mendalam untuk memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang.

Lanjut ke Model Operasinya gan, ini penting khususnya untuk produsen. disini ada empat kategorinya gan:

1. Perusahaan dapat Keuntungan Ekonomi, keuntungan yang setara kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan antara average total cost dan harga.

2. Perusahaan dapat Keuntungan Normal, Keadaan ini terjadi ketika average total cost setara dengan harga, atau keuntungan ekonominya Nol.

3. Perusahaan menderita kerugian Minimal, jika harga adalah di antara average total cost dan average variable cost

4. Perusahaan menderita kerugian Maximal, wah kalau ini perusahaan harus stop nih gan, harapannya kerugian perusahaan hanya pada biaya tetap saja. kondisi ini terjadi bila harga di bawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan.

Lanjut ke Kegagalan Pasar gan.., kalau bahasa sederhananya adalah terjadinya ketimpangan antara produsen dan konsumen.Empat  penyebab utama nya:

1. Monopoli, agan sekalian pasti paham artinya nih

2. Eksternalitas, lebih nyaman diartikan pengaruh aktivitas ekonomi.

Ada yang Positif, contohnya iklan kesehatan akan berpengaruh meningkatnya kesehatan masyarakat

Ada yang Negatif, contohnya pulusi dari hasil produksi, bisa polusi udara, air dll

3. Barang Publik, ini ada keharusan untuk kepentingan kepentingan bersama, biasanya dilakukan oleh negara biasanya menggunakan pajak-pajak yang mengharuskan semua penduduk untuk membayar pada barang publik tersebut.

4. Terjadinya informasi asimetris, satu pihak penjual atau pembeli memiliki informasi yang lebih banyak dan baik dari pihak yang lain. 

Sekarang kita coba geser fokus ke Biaya peluang. Begini gaess, langsung pada contohnya saja. Pemilik mobil memilih nge-grab sendiri dari pada menyewakan kepada orang lain untuk di gunakan taxi online. Biaya peluang yang sebenarnya, merupakan keuntungan yang akan hilang dalam jumlah terbesar di antara alternatif terbaik lainnya.

Sekarang sampai di Penerapan Ekonomi Mikro, Berikut contoh penerapan ekonomi mikro gaess:

  • Sebagai cara untuk mempelajari Permintaan dan Penawaran
  • Untuk mempelajari Perilaku Konsumen dan Produsen
  • Sebagai penentu titik harga
  • Mengatur Biaya
  • yang terakhir untuk mempelajari Pasar

Demikian sekilas sedikit bahasa sederhana untuk Pengantar Ekonomi Mikro kali ini



Materi Metode Harga Pokok Proses

Metode Harga Pokok Proses

Pengertian Metode harga pokok proses


Metode harga pokok proses (process costing) adalah metode perhitungan harga pokok yang didasarkan pada pengumpulan biaya-biaya produksi dalam suatu periode tertentu (satu bulan, satu semester, dll), dibagi dengan jumlah unit produksi periode yang bersangkutan.


Tujuan dari Metode harga pokok proses


Tujuan dari metode harga pokok proses adalah menentukan harga pokok atau biaya per unit yaitu dengan membagi biaya pada suatu periode tertentu dengan jumlah produk yang dihasilkan pada periode tersebut.


Karakteristik Metode Harga Pokok Proses


1. Kegiatan produksi bertujuan mengisi persediaan, disebut juga berproduksi massa, sehingga:

a. Bentuk produk tidak tergantung pada pembeli & umumnya bersifat homogen.
b. Sifat produksi adalah kontinyu ( tidak terputus-putus )

2. Biaya produksi dikumpulkan secara periodik per departemen produksi atau pusat biaya (cost center).

3. Adanya istilah produksi ekuivalen atau unit ekuivalen, yaitu unit yang disamakan dengan satuan produk jadi (selesai) untuk kepentingan perhitungan barang dalam proses.

4. Biaya-biaya produksi dicatat dalam akun “Barang Dalam Proses (BDP)” , dalam istilah Inggrisnya “Work in process”.

5. Setiap akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi per departemen produksi (cost center).

6. Pada umumnya produk jadi departemen satu menjadi bahan baku departemen berikutnya sampai barang selesai.

Arus Fisik Kegiatan Produksi


Sebuah produk dapat berpindah-pindah atau mengalir di dalam pabrik melalui berbagai cara. Ada tiga jenis arus fisik produksi, yaitu sequential, parallel, dan selective. Berikut ini gambar ketiga jenis arus produksi :

Sequential product flow


Setiap jenis produk diproduksi melalui seri tahap-tahap pemrosesan yang sama.

Parallel Product Flow


Bahan baku dimulai dari departemen-departemen yang berbeda dan akan bergabung pada proses-proses akhir untuk menjadi barang jadi.

Selective Product Flow


Produk mengalir melalui departemen-departemen yang berbeda, tergantung dari produk akhir jenis apa yang akan dibuat.

Contoh perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses antara lain seperti : Pabrik tekstil, pabrik kertas, pabrik semen, pabrik gula, pabrik tepung. Metode harga pokok proses juga digunakan oleh perusahaan yang memproduksi suku cadang-suku cadang mesin sederhana dan barang-barang elektronik.

Prosedur Akutansi Pada Process Costing


Pengumpulan data biaya dalam metode harga pokok proses juga menggunakan prosedur yang umum dari suatu sistem akuntansi biaya. Pembebanan atas biaya-biaya produksi seperti bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik biasanya dikumpulkan dalam perkiraan atau akun Barang Dalam Proses per departemen.

Akumulasi berdasarkan departemen, memungkinkan dilakukannya perhitungan harga pokok produk tiap departemen dan memudahkan terlaksananya pengendalian oleh kepala departemen atas biaya-biaya produksi yang terjadi di departemennya.

Biaya Bahan Baku/langsung ( Materials Costs )


Contoh, Pabrik kursi menggunakan metode harga pokok proses. Kursi dibuat melalui dua tahap/ departemen, yaitu dep. Pemotongan dan dep. Penyelesaian. Bahan baku yang terpakai bernilai $13,000 pada dep. Pemotongan dan senilai $ 7,000 pada dep. Penyelesaian. Jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut :

BDP-Dep. Pemotongan $ 13,000
BDP-Dep. Penyelesaian $ 7,000
Persediaan Bahan $ 20,000

Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Costs)


Contoh : selama produksi bulan Januari digunakan 500 jam kerja langsung pada dep. Pemotongan dan 900 JKL pada dep. Penyelesaian.

BDP-Dep. Pemotongan $ 5,000
BDP-Dep. Penyelesaian $ 9,000
Gaji dan Upah $ 14,000

Biaya Overhead Pabrik ( Factory Overhead Costs)


Pembebanan BOP kepada departemen-departemen produksi biasanya digunakan tarif yang telah ditetapkan di muka ( predetermined rates ) tapi dapat juga menggunakan biaya yang sesungguhnya terutama apabila tingkat produksi relatif konstan..
Contoh pencatatan jika digunakan biya yang sesungguhnya :

BOP (Factory Overhead Control) $ 20,900
Hutang pajak $ 7,400
Akumulasi depresiasi $ 5,700
Asuransi dibayar di muka $ 500
Persediaan Bahan (indirect materials) $ 1,700
Gaji dan Upah (Indirect Labor) $ 5,600

Pencatatan jika menggunakan tarif yang ditentukan di muka :
BDP-Dep. Pemotongan $ 7,000
BDP-Dep. Penyelesaian $ 11,000
BOP dibebankan (Applied Factory Overhead) $ 18,000

Selisih sebesar $ 2,900 antara BOP sesungguhnya dengan BOP dibebankan menunjukkan BOP yang ditetapkan terlalu rendah (underapplied FOH). Jika nilai selisih kecil akan dibebankan pada Harga Pokok Penjualan, namun jika nilai selisih besar akan dialokasikan antara ke sediaan akhir atau ke Harga Pokok Penjualan.

Laporan Harga Pokok Produksi (Production Cost Report)


Setiap akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi yang dibuat untuk setiap cost center atau per departemen produksi. Laporan harga pokok produksi berisi informasi sebagai berikut :

a. Skedul kuantitas 


yaitu jumlah unit yang masuk proses, unit yang selesai , dan unit yang masih dalam proses.

b. Pembebanan biaya


berisi informasi total biaya produksi dan biaya per unit untuk masing-masing jenis biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja, dan BOP)

c. Perhitungan biaya 


Perhitungan biaya  yang menyangkut pertanggungjawaban biaya yang telah dikeluarkan dan dibebankan serta distribusi pada sediaan barang jadi dan sediaan Barang Dalam Proses.

Untuk menghitung biaya per unit dibutuhkan unit ekuivalen. Unit ekuivalen menunjukkan unit produk jadi dan unit yang masih dalam proses ( yang dinyatakan dalam satuan unit produk jadi). Rumus dasar unit ekuivalenadalah sbb :

Unit Ekuivalen = unit selesai + (unit dalam proses akhir x presentase penyelesaian)

Langkah-langkah Penentuan Harga Pokok Proses


1. Menganalisa arus fisik unit produksi
2. Menghitung unit ekuivalen untuk semua elemen biaya produksi
3. Menentukan biaya yang dibebankan pada setiap elemen biaya produksi
4. Menghitung biaya per unit untuk setiap elemen biaya produksi
5. Menetapkan total biaya produksi dari unit yang selesai dan ditransfer dan unit yang masih dalam proses akhir periode

Perlakuan Atas Produk atau Unit Yang Hilang


Karena sulitnya penentuan saat hilangnya, maka untuk kepentingan akuntansi biaya diasumsikan hilangnya terjadi pada :

1. Awal proses produksi
2. Akhir proses produksi

Jika diasumsikan hilang awal maka berarti:


a. belum menyerap biaya produksi, sehingga unit hilang tidak dibebani harga pokok
b. tidak dihitung dalam unit ekuivalen
c. Perlu penyesuaian biaya per unit, jika unit hilang awal ada di departemen II dan selanjutnya.

Jika diasumsikan hilang akhir maka berarti :


a. dianggap telah menyerap biaya produksi
b. dimasukkan ke dalam perhitungan unit ekuivalen. Rumus unit ekuivalen jika ada unit hilang akhir :
Unit Ekuivalen = Unit Selesai + (unit dalam proses akhir x tingkat penyelesaian) + unit hilang akhir

c. biaya unit hilang dibebankan pada produk jadi
d. tidak perlu penyesuaian (adjustment).

Contoh Soal :


PT. “Cerah” berproduksi melalui dua departemen produksi, yaitu departemen I dan departemen II. Berikut data-data untuk bulan Februari 2007:



Keterangan

Departemen I

Departemen II

Unit masuk proses
Unit selesai
Unit dalam proses akhir bulan
Unit hilang awal
Biaya :
Bahan Baku
Tenaga Kerja
Overhead Pabrik
Tingkat penyelesaian unit dalam proses :
Bahan Baku
Konversi

20.000
12.000
  6.000
  2.000

Rp 9.000.000
      6.440.000
      5.880.000

100 %
1/3

12.000
  8.000
  3.500
     500

-
Rp 4.512.000
      2.256.000

-
40 %


Diminta :
Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi untuk Departemen I dan Departemen II


PT. CERAH
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
DEPARTEMEN I
BULAN FEBRUARI 2007

Skedul Kuantitas
Input :
Masuk proses 20.000 unit
Output :
unit selesai, ditransfer ke Dept. II 12.000 unit
Masih dalam proses akhir bulan 6.000
(BB 100%, Konversi 1/3)
Hilang awal 2.000
-------------------- +
20.000 unit



Pembebanan Biaya



Elemen Biaya

Total Biaya

Unit Ekuivalen

Biaya Per unit

Bahan Baku
Tenaga Kerja
Overhead pabrik

Rp     9.000.000
          6.440.000
          5.880.000

18.000 unit
14.000 unit
14.000 unit

Rp    500
         460
         420

Rp    21.320.000

Rp    1.380

Perhitungan Biaya
Produk(unit) selesai, ditransfer ke Dept. II :
12.000 x Rp 1.380 = Rp 16.560.000
Barang Dalam Proses (6.000 unit) :
- Bahan Baku (6.000 x 100 %) x Rp 500  = Rp 3.000.000
- Tenaga Kerja (6.000 x 1/3) x Rp 460  = 920.000
- BOP (6.000 x 1/3 ) x Rp 420    = 840.000
--------------------------------------------------- +
Rp. 4.760.000

Total Harga Pokok di Departemen I                                                                              Rp 21.320.000

·               Keterangan :
Unit Ekuivalen :
Bahan Baku            :               12.000 + (6.000 x 100%)  = 18.000 unit
Tenaga Kerja          :               12.000 + ( 6.000 x 1/3 )    = 14.000
BOP                           :               12.000 + (6.000 x 1/3 )     = 14.000           

Biaya Per Unit :
Bahan Baku            : Rp 9.000.000 : 18.000 = Rp 500
Tenaga Kerja          : Rp 6.440.000 : 14.000 = Rp 460
BOP                           : Rp 5.880.000 : 14.000 = Rp 420


PT. CERAH
DEPARTEMEN  II
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
BULAN FEBRUARI 2007
Skedul Kuantitas
Input :
Masuk proses, dari Dept. I                                            12.000 unit
Output :                                                                                  
Unit selesai, ditransfer ke gudang                                8.000 unit
Masih dalam proses akhir bulan                                    3.500
(BK 40%)
Hilang awal                                                                    500
                                                                                       ----------- +
                                                                                        12.000 unit         

Pembebanan Biaya


Elemen Biaya

Total Biaya

Unit Ekuivalen

Biaya Per Unit

Dari Dept. I
Penyesuaian unit hilang awal

Rp  16.560.000
          -               

12.000 unit
     500

Rp 1.380
           60

Rp  16.560.000

11.500 unit

Rp 1.440

Tenaga Kerja
BOP

Rp    4.512.000
        2.256.000

  9.400  unit
  9.400

Rp     480
Rp     240

Rp  23.328.000

Rp  2.160


Perhitungan Biaya
Produk selesai, ditransfer ke Gudang :
8000 x Rp 2.160 Rp 17.280.000
Barang Dalam Proses Akhir (3500 unit) :
- Dari Dept. I (100% x 3.500) x Rp 1.440 = Rp 5.040.000
- Tenaga Kerja (40% x 3.500) x Rp 480 672.000
- BOP (40% x 3.500) x Rp 240 336.000
----------------- +
Rp 6.048.000
------------------
Total Harga Pokok di Dept. II Rp 23.328.000
==========
· Keterangan :
Unit Ekuivalen:
Dari Dept. I : 8.000 + (3500 x 100%) = 11.500 unit
Tenaga Kerja : 8.000 + (3500 x 40%) = 9.400
BOP : 8.000 + (3500 x 40%) = 9.400

Penyesuaian :
Harga Pokok Dari Dept. I = Rp 16.560.000 :12.000 = Rp 1.380
Harga Pokok Dari Dept. I karena ada unit
hilang awal = Rp 16.560.000 : 11500 = Rp 1.440
-------------
Penyesuaian Harga Pokok Per satuan dari Dept. I Rp 60
========

Biaya Per Unit :
Tenaga Kerja = Rp 4.512.000 : 9.400 =Rp 480
BOP = Rp 2.256.000 : 9400 = Rp 240

https://veyeivry.files.wordpress.com